Rabu, 14 September 2011

SEJARAH BALI

 

Baik teman-teman yang ingin tahu tentang Awal mula Bali tentunya sebelumnya kita pahami sejarah bali, nah untuk memahami keunikan Bali memang tidak bisa dilepaskan dengan tapak-tapak sejarah perkembangan Bali dari masa ke masa. Sejarah Bali menjadi begitu unik dan khas karena didukung oleh sikap warganya yang memberikan perhatian khusus terhadap peninggalan leluhurnya. Kepercayaan terhadap leluhur menjadikan perhatian terhadap peninggalan sejarah begitu tinggi di Bali.
Bahkan begitu banyak peninggalan sejarah itu diberlakukan sebagai benda keramat yang tidak boleh diperlakukan tidak semestinya. Dalam pengungkapan sejarah Bali, kami juga memaparkan kondisi Bali di zaman Pra Sejarah, kemudian berlanjut ke zaman Bali Mula, zaman Bali Aga, dan zaman Bali Modern. Dengan pemaparan ini tentu akan bisa dipahami kondisi Bali secara lebih utuh. Bahkan untuk lebih memahami sejarah Bali secara mitologi, kami juga mencoba memaparkan beberapa cerita rakyat yang memang ada kaitan dengan sejarah sebuah tempat atau peristiwa yang pernah ada di Bali.:




Bali pada masa berburu dan mengumpulkan makanan ( paleolithik )
Lokasi : Di sebuah hutan di Bali
Kronologi : Masa paleolit 3000tahun sebelu masehi
Cerita :
Pulau Bali sekitah 1 juta tahun yang lalu, diperkirakan telah dihuni oleh manusia purba ( homo erectus ) perkiraan ini didasarkan pada berbagai temuan alat paleolithikdi daerah Batur, Trunyan, dan Sembiran. terlihat pada diorama manusia purba sedang berburu babi hutan dengan kapak genggam dan memetik buah-buahan.





BALI PADA MASA PERUNDAGIAN ( 2000 SM







Pada masa ini perkembangan teknologi sudah semakin pesat. hal ini disebabkan karena manusia telah menumukan bijih-bijih logam serta teknis peleburannya untuk dibentuk menjadi bermacam-macam barang/benda ( gelang, anting-anting, dll ) salah satu hasilnya berupa Nekara perunggu yang sekarang berada di Pura Penataran Sasih, Pejeng, Kab. Gianyar. selain itu masyarakat sudah mengenal sistem penguburan mayat yang disimpan dalam sarkophagus.




STUPA DAN PRASASTI SUKAWANA, SAKA 700 ( 778 M)






Pada masa ini Bali sudah memasuki jaman sejarah, dengan di temukannya stupika-stupika tanah liat di sekitar Pejeng, Bedulu pada tahun saka 700 ( 778 M ). Di temukan pula prasasti tembaga yang berangka tahun saka 804 ( 882 M ) di simpan di Pura Desa Sukawana, Kintamani, Bangli, di sebut Prasasti Sukawana. Pada diorama tampak para pendeta sedang bersemedi di ceruk-ceruk dan tampak pula seorang pendeta keluar dari pasraman.







RSI MARKANDEYA, ABAD KE 8






Dalam rangka membangun tempat-tempat suci, Rsi Markandeya ( pertapa dari Dieng, Jawa Tengah ) mengajarkan terlebih dahulu menanam “Pancadatu” yaitu lima macam logam ( emas, perak, besi, tembaga, dan kuningan ) kemudian disertai upacara buta yadnya sebagai sarana untuk keselamatan. kemudian tempat tersebut di beri nama Besukih atau Besukian yang artinya tempat suci, dan sekarang menjadi Pura Besakih. tanpak pada diorama Rsi Markandeya sedang menyerahkan panca datu kepada pengiringnya. dan pada latar belakang terlihat kesibukan di Desa Taro Gianyar membangun Bale Agung.










SRI KESARI WARMADEWA, 914 M 





Raja ini dari Dinasti Warmadewa memerintah tahun 914M. membuat tugu kemenangan ( Jayastamba ) di Desa Blanjong, Sanur. dalam prasasti Blanjong disebutkan kemenangan Sri Kesariwarmadewa dalam menghadapi musuh-musuhnya di daerah gurun dan sawul.






GUNAPRIYA DHARMAPATNI DAN SUAMINYA DHARMODAYANA WARMADEWA, 989-1011 


 


Sri Mahendradata adalah puteri raja Makuta Wangsa Wardana, Raja Jawa Timur, menikah dengan pangeran dari Bali dan memerintah Bali. beliau bergelar Sri Ratu Gunapriya Dharmapatmi dan suaminya bergelar Sri Dharmodayana Warmadewa. pada masa ini kehidupan ketatanegaraan dan keagamaan berjalan dengan baik, terutama setelah kedatangan seorang pendeta dari Jawa bernama Empu Kuturan.




KONSEP KAHYANGAN TIGA DARI EMPU KUTURAN ( ABAD 11 M ) 

 

Kedatangan Empu Kuturan di Bali menata dan menyempurnakan kehidupan keagamaan dan kemasyarakatan diantaranya di bidang adat-istiadat. Pada diorama tanpak Bale Agung, Meru, dan Mrajapati sebagai simbul dari pura Desa, pura Puseh dan pura Dalem. ketiga pura ini disebut Pura Khayangan Tiga.





http://wm-site.com/bali/perjalanan-sejarah-bali
 

Kamis, 08 September 2011

Persiapan Sembahyang




Persiapan sembahyang meliputi persiapan lahir dan persiapan batin. Persiapan lahir meliputi sikap duduk yang baik, pengaturan nafas dan sikap tangan.
Demikian pula persiapan sarana penunjang sembahyang seperti pakaian, bunga dan dupa sedangkan persiapan batin ialah ketenangan dan kesucian pikiran. Langkah-langkah persiapan dan sarana-sarana sembahyang adalah sebagai berikut:

1. Asuci laksana
Pertama-tama orang membersihkan badan dengan mandi. Kebersihan badan dan kesejukan lahir mempengaruhi ketenangan hati

2. Pakaian
Pakaian waktu sembahyang supaya diusahakan pakaian yang bersih serta tidak mengganggu ketenangan pikiran. Pakaian yang ketat atau longgar, warna yang menyolok hendaknya dihindari. Pakaian harus disesuaikan dengan dresta setempat, supaya tidak menarik perhatian orang.

3. Bunga dan kawangen
Bunga dan kwangen adalah lambang kesucian, supaya diusahakan bunga yang segar, bersih dan harum. Jika dalam persembahyangan tidak ada kawangen dapat diganti dengan bunga.
4. Dupa
Apinya dupa adalah simbul Sang Hyang Agni, saksi dan pengantar sembah kita kepada Sang Hyang Widhi. Setiap yadnya dan pemujaan tidak luput dari penggunaan api. Hendaknya dupa ditaruh sedemikian rupa sehingga tidak membahayakan teman-teman kita di sekitar kita. Selesai persembahyangan sebaiknya dupa dipadamkan dan dibuang.

5. Tempat Duduk
Tempat duduk hendaknya diusahakan tempat duduk yang tidak mengganggu ketenangan untuk sembahyang. Arah duduk ialah menghadap pelinggih. Setelah persembahyangan selesai usahakan berdiri dengan rapi dan sopan sehingga tidak mengganggu orang yang masih duduk sembahyang. Jika mungkin agar mempergunakan alas duduk seperti tikar dan sebagainya

6. Sikap duduk
Sikap duduk dapat dipilih sesuai dengan tempat dan keadaan serta tidak mengganggu ketenangan hati. Sikap duduk yang baik untuk pria ialah sikap padmasana yaitu sikap duduk bersila dan badan tegak lurus. Sikap duduk bagi wanita ialah sikap bajrasana yaitu sikap duduk bersimpuh dengan dua tumit kaki diduduki. Dengan sikap ini badan menjadi tegak lurus. Kedua sikap ini sangat baik untuk menenangkan pikiran.

7. Sikap tangan
Sikap tangan yang baik pada waktu sembahyang ialah cakup ing kara kalih yaitu kedua telapak tangan dikatupkan diletakkan di depan ubun-ubun bunga atau kwangen dijepit pada ujung jari.