Senin, 11 September 2017

TUMPEK KANDANG



Tumpek Berasal dari Kata “Tum”dan “Pek”  Tum mengandung Arti Kesucian dan Pek berarti Putus atau Terakhir . Jadi tumpek adalah hari suci yang jatuh pada penghujung akhir Saptawara dan pancawara. Menurut sistem perhitungan wuku, Upacara Tumpek Wayang jatuh setiap 6 bulan (210 hari) sekali menurut kalender Bali jatuh pada Hari Sabtu / Saniscara Kliwon Wuku Wayang. Menurut tradisi di Bali, seorang anak yang lahir pada Wuku Wayang harus melukat dengan Tirta Wayang Sapuh Leger. Tumpek wayang erat kaitannya dengan cerita Rare Kumara yang ingin dimakan oleh Batara Kala, karena Rare Kumara lahir bertepatan dengan Wuku Wayang.

Dalam Cerita Wayang Lakon Sapu Leger, diceritakan Dewa Kala akan memakan segala yang lahir pada wuku wayang (menurut kalender Bali) atau yang berjalan tengah hari tepat wuku wayang. Atas petunjuk ayahandanya Dewa Siwa, Dewa Kala mengetahui bahwa Dewa Rare Kumara putra bungsu dari Dewa Siwa lahir pada wuku wayang.

Pada suatu hari bertepatan pada wuku wayang, Dewa Rare Kumara dikejar oleh Dewa Kala hendak dimakannya. Dewa Rare Kumara lari kesana ke mari menghindarkan dirinya dari tangkapan Dewa Kala. Ketika tengah hari tepat, dan dalam keadaan terengah-engah kepayahan Dewa Rare Kumara nyaris tertangkap Bhatara Kala kalau tidak dihalangi oleh Dewa Siwa. Oleh karena dihalangi oleh Dewa Siwa maka Dewa Kala hendak memakan ayahandanya. Hal ini disebabkan karena Dewa Siwa berjalan tengah hari tepat dalam wuku wayang. 

Diceritakan selanjutnya, Dewa Siwa rela dimakan oleh putranya Dewa Kala, dengan syarat Bhatara Kala dapat menterjemahkan dan menerka ini serangkuman sloka yang diucapkan Dewa Siwa. Bunyi sloka tersebut adalah : 
Om asta pada sad lungayan,
Catur puto dwi puruso,
Eko bhago muka enggul,
Dwi crengi sapto locanam
Dewa Kala segera menterjemahkan sloka itu serta menerka maksudnya ; 
Om asta pada, Dewa Siwa berkeadaan kaki delapan, yaitu kaki Dewa Siwa enam kaki Dewi Uma dua, semuanya delapan,  
Sad Lungayan, tangan enam yaitu tangan Dewa Siwa empat, tangan Dewi Uma dua semua enam,  
Catur puto, buah kelamin laki-laki empat, yaitu buah kelamin Dewa Siwa Dua, buah kelamin lembu dua,semuanya empat,  
Dwi puruso, dua kelamin laki-laki, yaitu kelamin Dewa Siwa satu, kelamin lembu satu, semuanya dua,  
Eka bhago, satu kelamin perempuan yaitu kelamin Dewi Uma,  
Dwi crengi dua tanduk yaitu tanduk lembu,  
Sapto locanam, tujuh mata yaitu mata Dewa Siwa dua, mata Dewi Uma dua, mata lembu dua, yaitu hanya enam mata tidak tujuh
Dewa Siwa bersabda mataku tiga (Tri Netra) diantara keningku ada satu mata lagi, mata gaib yang dapat melihat seluruh alam ditutup dengan cudamani. Akhirnya Dewa Kala tidak dapat menerka dengan sempurna ini sloka itu, tambahan pula matahari condong kebarat, maka Dewa Kala tidak berhak memakan Dewa Siwa ayahandanya. 

Karena itu Dewa Kala meneruskan pengejaran kepada Dewa Rare Kumara yang telah jauh larinya masuk ke halaman rumah-rumah orang. Akhirnya, pada malam hari bertemu dengan seorang dalang yang sedang mengadakan pertunjukan wayang, Rare Kumara masuk ke bumbung (pembuluh bambu) gender wayang (musik wayang) dan Dewa Kala memakan sesajen wayang itu. 

Oleh karena itu, Ki Mangku Dalang menasehati Dewa Kala agar jangan meneruskan niatnya hendak memakan Dewa Rare Kumara, karena Dewa Kala telah memakan sesajen wayang itu sebagai tebusannya. Dewa Kala tidak lagi berdaya melanjutkan pengejarannya, sehingga Dewa Rare Kumara akhirnya selamat.

Dengan demikian dikisahkan Dewa Rare Kumara sebagai mitologi bahwa anak yang lahir pada hari yang bertepatan dengan Wuku Wayang dianggap anak sukerta dan akan menjadi santapan Bhatara Kala, karena itu anak bersangkutan harus dilukat dengan tirta Wayang Sapuleger. 

Dalam ajaran agama Hindu ada tiga penggambaran sifat manusia yaitu sifat satwam,sifat rajas dan sifat tamas. Ketiga sifat itu ada dalam diri manusia. Hanya yang menjadi titik permasalahan, dari ketiga sifat tersebut, sifat mana yang lebih ditonjolkan pada diri manusia. Jika sifat satwam yang ditinjolkan maka sifat Dewa Rare Kumara yang lebih dominan ditampilkan, dimana sifat Dewa Rare Kumara penuh dengan sifat welas asih, suka menolong dan penyayang, sehingga Dewa Rare Kumara menjadi suatu keyakinan serta kepercayaan bagi wanita Bali yang mempunyai anak kecil, bahwa Dewa Rare Kumaralah yang membantu dan memelihara anak mereka. 

Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya Pelangkiran (tempat suci yang terbuat dari kayu) sebagai tempat memuja Dewa Rare Kumara, ditempatkan di kamar tidur si anak. Begitu pula sebaliknya, jika sifat rajas dan tamas yang lebih dominan pada diri manusia maka sifat Dewa Kala yang akan ditampilkan sehingga cenderung akan bersifat angkuh, rakus dan egoisme. 

Didalam cerita sapuh leger diungkapkan Betara Kala hanya mampu menebak dari badan fisik Dewa Siwa, seperti kaki beliau, tangan beliau, alat kelamin beliau dan sebagainya. Akan tetapi, Dewa Kala tidak mampu menebak mata ketiga dari Dewa Siwa. 

Kalau kita analisis kembali cerita sapuleger bahwa Dewa Kala hanya mampu melihat badan fisik dari Dewa Siwa, tetapi tidak mampu melihat dunia yang ada di luar kekuatan diri manusia atau kekuatan Tuhan. Sama halnya dengan manusia yang dipengaruhi oleh keinginan dan hawa nafsu dia hanya mampu melihat alam sekala (alam nyata) tetapi tidak mampu melihat alam niskala (alam maya). 

Minggu, 10 September 2017

PANTANGAN SAAT HAMIL



Orang Bali mewarisi segepok sistem nilai dalam kehidupannya dan sering aturan tidak tertulis tersebut dipandang sebagai etika saja. Bahkan yang lebih memprihatinkan berbagai larangan dalam bertindak dianggap suatu kepanatikan saja tanpa manfaat yang jelas. Keberadaannya ditaati hanya karena merupakan kebiasaan para leluhur dan tidak ada daya menganalisis berdasarkan aspek kecerdasan. Ulah semacam ini menghasilkan kepatuhan beku, dibingkai tahayulisme tak berbobot apa-apa. Seperti halnya sewaktu ibu-ibu sedang mengandung janin bayi, mereka ditradisikan untuk pantang terhadap sejumlah hal termasuk juga bagi bapak-bapak yang istrinya hamil. Apakah makna pantang cukur rambut bagi suami atau pantang membuat pagar? Mengapa perempuan hamil tidak diperkenankan menyem-bahyangi orang mati?
Ada beberapa disiplin (brata) yang harus ditegakkan pihak bapak selama istrinya hamil seperti; tidak bercukur rambut, tidak membangun rumah, merakit peralatan kayu (melelaitan-bhs. Bali), menggulung mayat, memasang pagar, membuat telaga dan mengambil istri lagi termasuk tidak boleh berzina. Sedangkan ibu hamil dianjurkan tidak menyaksikan orang kawin, menengok orang salah pati atau ulah pati, menyembah orang mati dan menjual binatang peliharaan. Semua teknik perawatan kehamilan ini belum terukur secara medis, apa iya ada manfaatnya atau hanya tahayulisme belaka.
Sebenarnya pertumbuhan atau terjadinya pembuahan sperma dengan sel telur merupakan awal dari "nasib" sang bayi kelak. Sebab itu kondisi sperma dan sel telur yang ideal akan menghasilkan benih bayi baik. Secara fisik atau mental. Untuk menciptakan kondisi benih reproduksi seperti itu tidaklah suatu keseketikaan, melainkan bapak dan calon ibu yang melakukan persetubuhan harus terlebih dahulu sehat. Sehat pengertiannya tidaklah semata-mata kuat secara fisik atau tidak gila, tetapi keseimbangan raga yang dihuni tiga karakter yaitu panas, dingin dan angin. Menyeimbangkan karakter raga ini perlu dibina sejak awal yaitu salah satunya cara makan yang baik. Memilih makanan yang sehat, bagi tubuh dan pikiran akan mengkondisikan tubuh secara ideal.
Susunan kimiawi makanan yang disantap berperan mempengaruhi kerja otak. Inilah makan, makanan terpilih dibutuhkan sejak dini. Meniadakan unsur yang mendorong terjadi dominasi satu karakter raga saja. Semisal tidak menyantap sesuatu yang menyebabkan panas berlebih atau dingin atau unsur anginnya tinggi. Ini dari aspek makanan, kemudian pembuahan juga dipengaruhi kondisi pikiran saat bersetubuh. Pikiranlah saklar dari syaraf dan produksi hormon-hormon. Dengan berkecenderungan menggebu-gebu, maka hormon yang lebih aktif adalah hormon jenis tertentu yang langsung mengalir ke seluruh tubuh dan mengkondisikan juga kualitas sperma dan sel telur.
Lantas setelah janin terbentuk dalam rahim pertumbuhan atau pembentukan tubuh baru belumlah final. Selain janin menyerap nutrisi makanan dari ibu, gelombang otak bayi pun mulai terbentuk dan terpola. Janin ibaratnya ada dalam cetakan, jika mesin ovennya panas akan menghasilkan roti gosong, jika lembam dan malas menghasilkan roti tidak matang. Pikiran atau pembentukan otak bayi menyerap juga gelombang-gelombang elektromagnetik dari pikiran ibu, bapak dan lingkungannya. Suatu aliran listrik yang tidak teratur pada pembentukannya akan menghasilkan akibat buruk pada bayi. Berbagai cara menjaga bayi yang "tereram" dalam rahim adalah menjaga makanan dan pikiran serta suasana. Tujuannya hanyalah tercipta suatu kesan tenang, bebas dari kecemasan, kesemrawutan, gaduh yang bisa merusak suasana hati ibu dan mengguncangkan gelombang otaknya. Jika ini terjadi gelombang yang teralirkan pada bayi juga kacau jadinya. Dalam "mengeram" bayi ini dibutuhkan suatu konsentrasi atau orang Bali menyebut "meyoga" bagi bapak dan ibu. Pikiran kedua sumber benih ini harus terkonsentrasi pada tujuan pertumbuhan dan tidak memikirkan suatu penghancuran, penghalangan dan sebagainya.
Tidak bercukur rambut hanyalah membiarkan pikiran terisi suatu kesan, bahwa dirinya sedang membiarkan sesuatu tumbuh. Dengan menyadari dia memelihara sesuatu (rambut) pikirannya tidak berharap akan suatu peniadaan. Ini energi positif dari pikiran bapak terhadap benihnya yang terbuah di rahim istrinya. Demikian juga tidak memasang pasak bermakna tidak menutup suatu celah dari aliran energi. Yang penting terbentuknya image di pikiran, sebab jika melakukan kegiatan menyumbat sesuatu pasti pikiran terbawa semangat menutup itu. Dengan menjaga image di pikiran, bahwa celah masih terbuka, maka pikirannya langsung mengkondisikan energi atau mentransfer energi kepada janin. Ini penjelasan sama untuk membuat telaga, nutup lubang semut dan sebagainya. Sebab bukan kegiatan itu dilarang, melainkan image akibat perbuatan itu bertentangan sifat energinya dengan energi yang dibutuhkan bagi pertumbuhan janin.
Tidak menggulung mayat, ini jelas akan makna kematian. Pengertian kematian identik dengan akhir, suatu pembuangan. Terlibat dalam aktifi tas itu otomatis pikiran terisi kesan membuang, padahal untuk janin dibutuhkan energi datang. Sekali lagi yang dipentingkan kondisi pikiran, semua pantangan itu hanya latihan bagi pikiran, bersifat proteksi agar tanpa disadari pikiran menghasilkan energi lain selain niat menumbuhkan. Tidak boleh berzina sebenarnya larangan sepanjang waktu, tetapi bila dilakukan saat istri hamil akan memunculkan keguncangan besar pada mental istri bila ketahuan. Selain, itu pikiran secara sadar membentuk energi negatif, karena merasa berdosa "mencuri", berkhianat. Manakala pikiran berpikir tentang istri hamil dan sekaligus berpikiran sedang selingkuh, bagaimanakah corak sang pikiran dan bagaimana bentuk energi yang terkirim pada janin saat memikirkan hamil istri?
Pihak ibu hamil tidak diperkenankan menghadiri atau menyembah orang mati, karena doa kepada orang mati dengan niat mendorong arwah naik ke lapisan alam atas. Mendorong arwah pergi. Pada saat sama ibu hamil butuh penarikan energi itu, bukan menolaknya. Jika kekuatan mendoakan orang mati itu kuat, maka kekuatan yang terbentuk adalah menolak pertumbuhan janin itu beserta roh yang mendiaminya. Kondisi pikiran, sekali lagi kondisi pikiran. Pendeknya etika kuno warisan leluhur orang Bali ini bertujuan menjaga guncangan pikiran, sehingga energi terbentuk effektif. Penelitian jaman moderen ini mulai membuktikan, bahwa musik lembut mendukung pertumbuhan janin, karena janin ternyata bereaksi terhadap suara lingkungannya. Dia bereaksi terhadap emosi ibunya. Jaman dulu, jika istri hamil sang suami melantunkan kidung-kidung atau baca buku-buku suci.
Mendorong istri tenteram. Apabila saat istri hamil lantas membangun rumah, jelas keriuhan suasana akan menimbulkan suasana hiruk pikuk. Di kota-kota besar bayi sudah dibekali stres sejak di rahim ibunya. Segala ketegangan merasuki pikiran ibu lalu dioper pada janin. Dengan demikian, patuh terhadap tradisi tidak akan berguna jika secara prinsif tidak diketahui artinya. Selain brata tradisi jaman moderen ini terlalu banyak sumber mengguncangkan pikiran, jadi bijaksanalah saat hamil selain rajin ke bidan, rajinlah mengecek kondisi mental dan pikiran.

Pantangan Suami Saat Istri Sedang Hamil Menurut Hindu

Berikut pantangan bagi para suami yang saat ini istrinya sedang hamil khususnya menurut Hindu di Bali.

Pantangan Suami Saat Istri Sedang  Hamil Menurut Hindu
ilustrasi: Pantangan Suami Saat Istri Sedang  Hamil Menurut Hindu

Pantangan Suami Saat Istri Hamil Secara Umum

Pada umumnya pantangan yang tidak boleh dilakukan bagi suami yaitu :
Menjelekkan, menghina, merendahkan orang lain
Menyiksa binatang
Makan atau minum berlebihan apalagi sampai mabuk
Berjudi
Pantangan Hamil Dalam Kanda Pat Rare

Pantangan Suami Saat Istri Sedang  Hamil Dalam ajaran Kanda Pat Rare  yaitu :
Tidak membangunkan istri yang sedang tidur.
Tidak melangkahi (ngungkulin) istri yang sedang tidur
Pada saat istri yang sedang hamil itu lagi  makan, dilarang anglawatin (membayangi dengan bayangan badan) terhadap nasi atau makanan yang sedang dimakannya.

Dalam ajaran kanda pat rare diyakini bahwa, perkembangan bayi berkaitan dengan penstanaan para dewa di tubuh bayi, demikian juga para leluhur mulai berhubungan dengan bayi anda. Sehingga untuk menghormati beliau yang sedang berhubungan dengan pembentukan bayi dalam kandungan, hendaknya suami menghormatinya dengan cara tidak melangkahi ataupun membangunkannya dengan mengkejutkan pada saat istri anda tidur.

Pantangan Suami Saat Istri Sedang Hamil Dalam Lontar Eka Pertama

Dalam Lontar Eka Pertama juga dijelaskan hendaknya seorang suami melakukan swadharma agar menurunkan anak yang baik (dharma putra), yaitu tidak diperkenankan:

Membangun rumah
Memotong rambut
Menyelenggarakan pengangkatan anak
Membuat pagar rumah atau pagar ladang
Memperistri wanita lain
Selingkuh

Larangan-larangan berlaku bagi suami tersebut, konon merupakan petuah dari Bhatara Brahma yang disampaikan kepada Bhagawan Bergu.

Apa saja yang sebaiknya dilakukan jika istri sedang hamil?
Menurut Bhuwana Kosa, Wrhaspati Tattwa, dan Mahabharata, adalah sebagai berikut :
Membuat perasaan istri tenang/ damai/ aman/ terlindungi
Melakukan derma (Drwya Yadnya – dana punia)
Rajin sembahyang, bersamadhi, bermeditasi
Membaca Mahabharata

Pada usia kehamilan 7 bulan, adakan upacara megedong-gedongan (kalau mungkin/ bisa) Kalau tidak, sembahyang biasa ditujukan kepada Bhatara Guru (Sanghyang Widhi) mohon keselamatan bayi dan ibunya.

Mengendalikan panca indria, bila mampu berpuasa setiap bulan purnama dan tilem.
Disamping itu, pada saat istri hamil, bila ia sedang makan, hendaknya jangan diajak bicara, apalagi diberi kata-kata kotor, kasar, keras yang membuatnya tersinggung dan sakit hati. Karena, Sang Hyang Urip sedang bersemayam pada orang yang sedang makan.

Itulah sebabnya kemudian muncul mitos yang mengatakan, tidak boleh membunuh orang yang sedang makan, walaupun dia seorang penjahat atau musuh sekalipun. Maka dari itu, bagi suami-istri agar semua pikiran, perkataan dan perbuatan, diarahkan pada ajaran-ajaran kebajikan (dharma), agar terhindar dari malapetaka, baik bagi mereka berdua, maupun anak yang dikandungnya.
Larangan Untuk Wanita Yang Hamil

Pantangan lainnya:

Tidak diperbolehkan untuk melakukan upacara mepandes atau potong gigi

Dasar acuannya: Lontar Catur Cuntaka. Penjelasan:

1. Mepandes adalah suatu upacara yang menyebabkan diri cuntaka.

Lamanya cuntaka, saat dia naik ke bale petatahan, selama metatah, dan sampai selesai, diakhiri dengan mabeakala. Setelah mabeakala barulah cuntakanya hilang. Prosesi itu memakan waktu antara 1-2 jam. Walaupun masa cuntaka itu singkat, tetap saja Ibu itu kena cuntaka.

2. Bayi atau jabang bayi yang ada dalam kandungan adalah roh suci yang patut dihormati, dipuja atas perkenan Sanghyang Widhi yang “mengijinkan” roh itu menjelma kembali menjadi manusia (walaupun masih berupa janin).

Jadi Ibu yang mengandung bayi yang suci, patut dihindarkan dari penyebab-penyebab cuntaka. Tidak hanya potong gigi saja, tetapi juga semua jenis cuntaka, misalnya: ngelayat orang mati, mengunjungi penganten (pawiwahan), memegang orang-orang sakit (sakit gede – lepra, aids dll).

Jadi demi keselamatan Ibu dan Bayi, sebaiknya upacara potong gigi itu ditunda sampai bayinya lahir dan sudah berusia lebih dari 3 bulan
Source: Putrawan l Warta Hindu Dharma NO. 428 Oktober 2002

Jumat, 01 September 2017

TUMPEK LANDEP

Makna Tumpek Landep

Hari raya tumpek landep jatuh setiap Saniscara/hari sabtu Kliwon wuku Landep, sehingga secara perhitungan kalender Bali, hari raya ini dirayakan setiap 210 hari sekali. Kata Tumpek sendiri berasal dari “Metu” yang artinya bertemu, dan “Mpek” yang artinya akhir, jadi Tumpek merupakan hari pertemuan wewaran Panca Wara dan Sapta Wara, dimana Panca Wara diakhiri oleh Kliwon dan Sapta Wara diakhiri oleh Saniscara (hari Sabtu). Sedangkan Landep sendiri berarti tajam atau runcing, maka dari ini diupacarai juga beberapa pusaka yang memiliki sifat tajam seperti keris.
Dewasa kini, senjata lancip itu sudah meluas pengertiannya. Tak hanya keris dan tombak, juga benda-benda hasil cipta karsa manusia yang dapat mempermudah hidup seperti sepeda motor, mobil, mesin, komputer dan sebagainya. Benda-benda itulah yang diupacarai. Akan tetapi ada satu hal yang tidak boleh disalah artikan, dalam konteks itu umat bukanlah menyembah benda-benda teknologi, tetapi umat memohon kepada Ida Sang Hyang Widi dalam manifestasinya sebagai Ida Bhatara Sang Hyang Pasupati yang telah menganugerahkan kekuatan pada benda tersebut sehingga betul-betul mempermudah hidup

Filosofi Tumpek Landep

Dalam Tumpek Landep, Landep yang diartikan tajam mempunyai filosofi yang berarti bahwa  Tumpek Landep merupakan tonggak penajaman, citta, budhi dan manah (pikiran). Dengan demikian umat selalu berperilaku berdasarkan kejernihan pikiran dengan landasan nilai – nilai agama. Dengan pikiran yang suci, umat mampu memilah dan memilih mana yang baik dan mana yang buruk.
Tumpek landep merupakan tonggak untuk mulat sarira / introspeksi diri untuk memperbaiki karakter agar sesuai dengan ajaran – ajaran agama. Pada rerainan tumpek landep hendaknya umat melakukan persembahyangan di sanggah/ merajan serta di pura, memohon wara nugraha kepada Ida Bhatara Sang Hyang Siwa Pasupati agar diberi ketajaman pikiran sehingga dapat menjadi orang yang berguna bagi masyarakat. Pada rerainan tumpek landep juga dilakukan pembersihan dan penyucian pusaka warisan leluhur.
Menurut Dharma Wacana dari Ida Pedanda Gede Made Gunung, Jika menilik pada makna rerainan, sesungguhnya upacara terhadap motor, mobil ataupun peralatan kerja lebih tepat dilaksanakan pada Tumpek Kuningan, yaitu sebagai ucapan syukur atas anugerah Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas sarana dan prasara sehingga memudahkan aktifitas umat, serta memohon agar perabotan tersebut dapat berfungsi dengan baik dan tidak mencelakakan.
Jadi bisa disimpulkan menurut pendapat kami bahwa Pada Rahina Tumpek Landep hal yang paling utama yang tidak boleh dilupakan ialah hendaknya kita selalu ingat untuk mengasah pikiran (manah), budhi dan citta. Dengan manah, budhi dan citta yang tajam diharapkan kita dapat memerangi kebodohan, kegelapan dan kesengsaraan serta mampu menekan perilaku buthakala yang ada di dalam diri.
(sumber: Ida Pedanda Gede Made Gunung, Hindu Nusantara)